Review Novel "Harimau! Harimau!" by Mochtar Lubis
Harimau! Harimau!
Kelompok 2 :
- Nadhifah Amaliah Putri Rofiva (4103171031)
- Setia Anjani Aprilia Putri (4103171033)
- Zulfikar Ali Rohman (4103171042)
- Zulfrida Annisa Baktiar (4103171043)
Identitas Buku
Judul : Harimau! Harimau!
Penulis : Mochtar Lubis
Tempat : Jakarta, 1993
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tebal Buku : 190 Halaman
Dalam novel “Harimau! Harimau!”
ini menceritakan tentang tujuh orang pria yang mencari nafkah hingga ke dalam
hutan belantara. Ketujuh orang itu adalah Pak Haji berumur enam puluh tahun dan
tidak menikah dan disegani di kampung halaman, Wak Katok berumur lima
puluh tahun, memiliki keahlian pencak silat dan dianggap sebagai dukun besar di
kampung. Dan dia juga terkenal sebagai pemburu yang mahir.
Yang muda diantara mereka ada
Sultan berumur dua puluh dua tahun dan sudah berkeluarga, Talib berumur dua
puluh tujuh tahun dan sudah beristri dan beranak tiga, Sanip berumur dua puluh
lima tahun dan sudah beristri dan beranak empat, dan yang terakhir adalah Buyung
ia adalah anggota termuda di antara yang lainnya, umurnya baru sembilan belas
tahun. Semua anak-anak muda itu adalah murid pencak silat Wak Katok. Mereka
juga belajar ilmu sihir dan gaib kepadanya.
Anggota terakhir adalah
Pak Balam, umunya sebaya dengan Wak Katok. Orangnya pendiam, badannya
kurus, akan tetapi masih kuat untuk bekerja. Mereka bertujuh selalu bersama
pergi mengumpulkan damar, meskipun tak bekerja sama dalam pembagian hasil. Akan
tetapi dengan berombongan tujuh orang bersama-sama, mereka merasa lebih aman
dan terjaga. Mereka termasuk orang baik di mata orang kampung.
Pada waktu berburu Wak Katok
membawa senapan yang paling mantap jika digunakan untuk berburu babi atau rusa.
Dia pun sangat suka meminjamkan senapannya kepada Buyung, karena dia tahu
Buyung sangat suka kepada senapan tersebut dan selalu menjaga dan
membersihkannya dengan baik-baik.
Buyung ahli dalam hal berburu,
bidikkannya selalu tepat sasaran dan ia selalu mendapat pujian dari Wak Katok.
Pujian dari Wak Katok merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Buyung, karena
menurut cerita orang di kampung, tak ada seorang pun yang bisa menandingi Wak
Katok dalam hal menembak dan berburu.
Menurut cerita orang, jika
bersilat, Wak Katok dapat membunuh lawannya tanpa menyentuhnya. Hanya dengan
mengerakkan tangan atau kaki yang ditujukan ke arah kepala, perut, atau uluh
hati lawan, maka lawannya pasti jatuh terkapar dan mati. Selain itu dia juga
terkenal sebagai dukun, yang memiliki kemampuan mengobati penyakit biasa hingga
penyakit guna-guna.
Buyung dan kawan-kawan selalu
ingin mempelajari ilmu sihir yang dimiliki Wak Katok, agar bisa menarik
perhatian lawan jenis. Namun Wak Katok belum menghendaki untuk memberikan ilmu
ini dengan alasan umurmu masih muda dan masih belum memiliki pendirian yang
kokoh.
Untuk pergi bersama ke tempat
mereka mengumpulkan damar, mereka harus meninggalkan kampung halaman. Menuju
hutan dengan menyusuri pinggir sungai, memasuki hutan dan mendaki gunung. Ada
seminggu jauhnya mereka berjalan kaki mengelilingi hutan damar. Betapa
beruntungnya mereka tak jauh dari hutan damar, mereka menemukan sebuah pondok
miliki Wak Hitam.
Wak Hitam adalah seorang yang
sudah cukup tua dan memiliki umur hampir tujuh puluh tahun. Orangnya kurus,
kulitnya hitam, namun rambutnya masih hitam. Dia selalu menggunakan celana dan
pakaian berwarna hitam. Dan dia lebih memilih tinggal di hutan bersama istri
keempatnya Siti Rubiyah selama berbulan-bulan dari pada tinggal dikampung yang
ada anak dan istrinya yang lain.
Wak Katok mengakui bahwa Wak
Hitam adalah gurunya dalam ilmu silat dan ilmu gaib. Para pemuda seperti Sutan,
Talib, Sanip dan Buyung dalam hati mereka takut dengan Wak Hitam. Karena ada
cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam bersekutu dengan iblis, setan, jin dan
dia juga memelihara seekor harimau siluman.
Wak Hitam sedang sakit dan
sedang tinggal bersama istri termudanya Siti Rubiyah. Namun, semenjak menikah
dengan Wak Hitam, Siti Rubiyah menjadi gadis yang pendiam seperti orang yang
sedang banyak pikirian. Suatu hari tanpa sengaja buyung menemui siti rubiyah
sedang termenung seorang diri. Siti rubiyah menceritakan jika ia tidak nyaman
menikah dengan wak hitam.
Bukan karena sakitnya , namun
karena permintaan wak hitam yang tidak wajar ke Siti Rubiyah. Permintaanya yang
meminta Siti Rubiyah untuk selalu menemaninya tidur dalam keadaan telanjang
sambil memeluk dirinya yang sedang sakit, Katanya supaya kesehatan yang ada
pada Siti Rubiyah bisa masuk ke badan wak hitam yang sedang sakit. Bukan hanya
tidur biasa, rupanya Wak Hitam melakukan kekerasan terhadap Siti Rubiyah. Sudah
banyak bekas luka yang memenuhi tubuh Siti Rubiyah. Hal itu pun, Siti Rubiyah
perlihatkan kepada Buyung. Karena merasa sudah tak nyaman dengan Wak Hitam, Siti Rubiyah meminta tolong kepada Buyung untuk membantunya melarikan diri dari
suaminya, Wak Hitam. Buyung yang merasa iba dengan keadaan Siti Rubiyah pun,
berkata jika ia akan berusaha meyelamatkan Siti Rubiyah dari Wak Hitam.
Hingga mereka saling terdiam dan
tidur bersama. Hari berikutnya Buyung selalu memikirkan apakah ia sudah
melakukan dosa besar karena sudah tidur dengan istri orang dan mengkhianati
tunangannya Zaitun. Namun, disaat
bersamaan ia merasakan sensasi yang berbeda saat tidur dengan Siti Rubiyah. Ia
selalu memikirkan hal tersebut dan bagaimana cara ia menyelamatkan Siti Rubiyah
dari Wak Hitam. Buyung merasa bimbang, namun ia juga takut cerita kepada teman
-temannya karena ia menganggap dirinya telah melakukan dosa besar dengan Siti Rubiyah.
Ketika Buyung, Wak Katok, Sutan, Pak Haji dan Pak Balam sedang berburu di hutan. Awalnya Buyung, Sutan, dan Wak Katok berhasil memanah seekor rusa jantan. Tak lama dari peluru yang berhasil
menancap di tubuh rusa jantan terdengar auman harimau yang membuat Buyung dan
kawan - kawan sedikit ketakutan.
Hingga suatu hari, di pagi hari,
ketika mereka sedah mulai lengah Pak Balam berjalan ke arah sungai untuk
membuang air besar karena ia sedang sakit perut. Naasnya, saat sedang berada di
sungai, Pak Balam berhasil diterkam oleh harimau. Teman -teman pak bahlam
seperti Wak Katok, sutan dan Buyung segera menolong Pak Balam yang telah
diseret harimau di dalam hutan. Untungnya, Pak Balam masih bisa diselamatkan
oleh teman - temannya walaupun ia harus merasakan betisnya yang hancur dan
tubuhnya yang dipenuhi dengan goresan luka.
Karena kejadian tersebut, Pak Bahlam berfikir jika hal itu berhubungan dengan dosa - dosa besarnya bukan
hanya dosa dosnya tapi mungkin perjalanan yang kurang berjalan lancar ini
karena masing - masing temannya yang juga mempunya dosa besar. Pak Bahlam
menyadari akan dosa - dosanya dan sedikit menceritakan Aib Wak Katok di masa
lalu. Merasa aibnya yang telah dibongkar Pak Bahlam , akhirnya Wak Katok
mempunyai fikiran buruk terhadap masing - masing temannya.
Cahaya matahari mulai menapaki
kulit, hari mulai pagi. Terik matahari sudah datang menyapa. Tak seorang pun
tidur dengan tenang. Kecemasan dan kekhawatiran memenuhi pikiran mereka. Saat
itu pak Balam tengah lemah tak berdaya dengan luka yang tak kunjung menampakkan
kebolehannya.
Harimau itu dengan senang hati
menunjukkan kejantanannya membuat pak Balam seperti sekarang ini. Terpuaskanlah
nafsu makan harimau itu. Antusias harimau sangat luar biasa, membuat luka yang
tertinggal di badan pak Balam semakin memburuk. Melemahkan badan pak Balam
setiap detiknya. Jika hanya obat-obat an atau daun dedaunan saja tidak akan
mempan untuk mengobatinya.
Maka mau tidak mau mereka harus
membawa pak Balam ke kampung untuk segera mengobatinya. Dengan sangat hati hati
mereka suda memikirkan konsekuensinya. Melewati hutan rimba dan sang harimau
yang bisa mencari korban sewaktu waktu. Mereka ingin pulang dan bertemu
keluarga. Dengan sangat optimis mereka terus maju demi membawa pak Balam dan
melihat keluarga mereka di kampung.
Setelah memutar otak, mereka
memutuskan untuk jalan berbaris dengan wak katok sebagai pemimpin yang paling
di depan dengan membawa senjata. Pak haji menjadi yang terbelakang. Talib,
Buyung, Sutan, dan Sanip berada ditengah sambil mengusung pak Balam dan membawa
kotak berisi daging rusa sebagai perbekalan. Harimau biasanya menerkam dari
belakang. Pak Haji paling terancam menjadi santapan sang harimau. Wak katok
sebagai pembawa senjata akan menembak harimau bila pak Haji diterkam olehnya.
Pak Haji tidak bisa membantah. Wak katok adalah satu-satunya harapan mereka.
Jika Wak Katok dibelakang dan dia diterkam oleh harimau. Habislah mereka karena
Wak Katok tidak bisa menembak harimau. Dan bagaimana jika harimau menerkam dari
depan? Mau tidak mau mereka harus menyiapkan resiko terburuk.
Sang harimau rupanya mulai
menyadari keberadaan mereka, bau darah rusa yang mengering, maupun darah
manusia itu sendiri.
Ditengah jalan. Tabib tidak kuasa menahan. Ingin
mengeluarkan semuanya. Tabib pergi ke semak semak meninggalkan rombongan dan
kencing. Terdengar auman harimau dari kejauhan, meremukaan tulang dan
membekukan otot sehingga lupa bagaimana cara menggerakkan kaki. Suara teriak
terdengar dari mulut Tabib. Sutan, Sanip, dan Buyung, menurunkan pak Balam yang
lemah tak berdaya itu. Sedangkan Wak Katok pergi menyusul Tabib dan mencari tau
apa yang terjadi. Dengan tanpa disadari ketiga orang tadi ikut dengan Wak Katok
meninggalkan pak Balam. Ketika Wak Katok sampai. Tidak terlihat harimau maupun
Tabib.
Mereka kehilangan jejak. Pasti
snag harimau telah membawanya kabur. Jejak kaki harimau yang ditinggalkan
membuat Wak Katok menemukan petunjuk. Dan benar, setelah mengikuti jejak
harimau. Tabib berada disana dengan berlumuran darah. Entah dimana harimau
tadi. Pergi begitu saja, menggeletakkan Tabib di sana sendirian. Tabib masih
bernafas, dia hanya kuka paarah. Lalu ketiga orang tadi segera membawa Tabib
dan bergegas kembali untuk menemu pak Balam yang entah bagaimana nasibnya
berada disana sendirian tanpa disadari. Bagaimana jika pak Balam diterkam oleh
harimau. Dengan gelisah mereka bergegas kembali. Betapa lega nya setelah mereka
melihat pak Balam dalam keadaan baik-baik saja.
Setelah sampai di
peristirahatan. Pak Dalam mengatakan bahwa harimau itu adalah harimau
jadi-jadian yang sengaja dikirim oleh Allah untuk membalas dosa-dosa yang telah
diperbuat. Selang beberapa saat kemuadian seakan ingin berbicara, Tabib membuka
mulutnya dengan sangat bergemetar dan mengakui dosanya. Tepat pada saat ia
menghembuskan nafas terakhirnya.
Mereka mulai berfikiran apa yang
dikatakan pak Dalam adalah benar yang sebentar lagi mungkin ia akan menyusul
Tabit. Bukti apa lagi yang dibutuhkan oleh mereka. Sanip yang mulai cemas
dengan dosa-dosa yang telah ia perbuat. Dan mengakuinya. Akan tetapi sutan
menolak karena ia terlibat juga dalam dosa yang Sanip perbuat. Setelah beradu,
sanip tetap mengakui dosanya dna merasa lega. Akan tetapi masih ada saja yang
belum mengakui dosa-dosanya dan ada yang disembunyikan disaat ancaman semakin
dahsyat.
Wak katok memburu harimau yg
menyerang Sutan. Pergi menyusuri rimba, sungai, dan tebing terjal. Sangat sunyi
dan gelap. Buyung hingga berputus asa dan berpikiran buruk tentang apa yang
akan terjadi pada mereka.
Dia mengalihkan pemikiran itu
dengan mengingat Zaitun dan Siti Rubiyah. sanip menebas rindangnya pohon dengan
tenang. Serta pak haji yang berada di paling belakang.penggambaran latar hutan
sangat ditonjolkan oleh penulis, sehingga pembaca bisa membayangkan suasana
yang benar2 terjadi. Watak wak katok mulai terkuak aibnya. Dia mempunyai masalah
dengan Wak Hitam.
Saat mereka menyiapkan api
unggun, harimau yang mereka tunggu tunggu datang. Wak Katok menembaknya namun
mesiu yang dia bawa basah. Buyung melempar kayu bakar ke depan harimau, namun
harimau malah kabur. Buyung menyalahkan Wak Katok atas semua yang menimpa
mereka semua. Hingga akhirnya Buyung, Sanip, dan Pak Haji membelot dan
meninggalkan Wak Katok. Mereka bertiga merencanakan menyerang Wak Katok dan
merebut senapannya. Mereka bertiga merebut senjata Wak Katok namun Pak Haji
tertembak dan akhirnya meninggal dunia. Sedangkan Wak Katok pingsan.
Buyung gerang terhadap peristiwa
itu dan mengumpankan Wak Katok. Sekian lama menunggu dan Harimau itu muncul.
Buyung berhasil menembak mati harimau itu. Mereka melanjutkan perjalananan
mereka kembali ke kampung dan merawat teman-teman mereka yang menjadi korban.
Buyung memetik pelajaran di orang-orang disekitarnya, dimana kekejian merebak
di hati, namun janganlah kalian menyalahkan sesama manusia, bukan mereka yang
salah, tapi hati yang senantiasa kehilangan cinta terhadap sesamanya.
Komentar
Posting Komentar